BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam
menjalankan usaha banyak sekali aspek penunjang yang mendukung berjalannya
suatu perusahaan antara lain adalah karyawan (Sumber Daya Manusia), peralatan kerja, lingkungan kerja, motivasi
dan lain-lain. Hal-hal tersebut perlu sekali diperhatikan agar pencapaian
tujuan dalam perusahaan dapat berjalan dengan baik. Keberadaan sumber daya
manusia di dalam suatu perusahaan memegang peranan penting. Tenaga kerja
memiliki potensi yang besar untuk menjalankan aktivitas perusahaan. Potensi
setiap sumber daya manusia yang ada dalam perusahaan harus dapat dimanfaatkan
dengan sebaik-baiknya sehingga mampu memberikan output optimal.
Jika perusahaan
ingin mendapatkan kinerja yang maksimal, maka perusahaan harus memperhatikan faktor
motivasi. Pegawai dapat melaksanakan tugasnya secara maksimal antara lain
ditentukan oleh motivasi yang mendorong pegawai bekerja dengan tekun, serta
disiplin yang diterapkan seperti datang tepat waktu, absensi secara rutin dan
teratur sehingga dapat tercapai tujuan perusahaan dibawah kepemimpinan yang
dapat menciptakan suasana kondusif terhadap lingkungan kerja tersebut. Victor H
Vroom dan Gery Dessler, 1997 (dikutip oleh Arrizal, 1999). Mengatakan bahwa
orang-orang biasanya termotivasi atau terdorong untk bekerja pada suatu jabatan
tertentu yang mereka rasa akan memperoleh imbalan. Bagi Gery Dessler pernyataan
ilmiah yang dinamakan hukum motivasi. Pemahaman terhadap motivasi karyawan akan
sangat penting kaitannya dengan pencapaian tujuan, yaitu produktifitas dan
efisiensi.
Motivasi kerja
merupakan kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan
organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu dalam memenuhi beberapa
kebutuhan individual (Robbins, 2003: 208). Motivasi berusaha mengubah diri
dalam bentuk kondisi karakter atau sifat melalui proses metamorfosa secara
bertahap, dari hal-hal yang tidak baik menjadi lebih baik. Perubahan karakter
dalam motivasi akan berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Motivasi yang
diberikan kepada karyawan untuk meningkatkan kinerjanya dengan cara memberikan
sebuah pengakuan seperti contoh memberikan imbalan secara finansial maupun non
finansial, dan karyawan tidak hanya harus dihargai, melainkan juga harus merasa
dipercaya. Karena karyawan yang merasa dipercaya oleh perusahaan, biasanya akan
lebih bertanggung jawab. Selain itu juga atasan senantiasa mengajak karyawan
untuk melakukan secara bersama untuk menghadiri acara perusahaan, dan selalu
membantu para karyawan untuk menempuh jenjang karir yang menarik. Perusahaan
dapat mengevaluasi atau menilai kinerja karyawan dari adanya inovasi baru
tersebut.
Tidak hanya
faktor motivasi saja yang perlu diperhatikan oleh perusahaan guna meningkatkan
kinerja karyawan, akan tetapi lingkungan kerja sangat berpengaruh terhadap
keadaan karyawan yang ada pada suatu perusahaan. Lingkungan kerja yang ada
didalam lingkup PT. Doha Propertindo Banyuwangi komunikasi dengan sesama rekan
kerja terjalin dengan baik, baik itu atasan atapun sesama karyawan, ruang kerja
didalamnya sangat nyaman karena fasilitas sudah sangat modern seperti ruang
berAC, televisi, mesin printer, mesin foto copy, telepon disetiap meja karyawan
untuk mempermudah komunikasi antar karyawan sehingga karyawan tidak perlu
keluar kantor untuk melakukan aktivitas dan sangat menghemat waktu untuk dapat
mempercepat pekerjaan yang dilakukan oleh para karyawan. Dengan memperhatikan
lingkungan kerja diharapkan dapat menambah semangat dalam bekerja. Apabila
semangat kerja karyawan meningkat maka otomatis produktivitas karyawan juga
meningkat. Apabila hal ini dapat berjalan dengan baik maka pencapaian tujuan
suatu perusahaan akan berjalan dengan baik. Jika perusahaan ingin mendapatkan
kinerja yang maksimal, maka perusahaan harus bisa menciptakan suasana kerja
yang kondusif. Sangat sulit menghasilkan karya terbaik di lingkungan kerja yang
tidak mendukung aktivitas karyawan. Menciptakan suasana yang kondusif sangat
penting dilakukan di lingkungan kerja agar bisa menghasilkan kinerja yang
produktif dan inovatif. Aturan tetap harus dibuat tetapi dengan tujuan untuk
menghasilkan kinerja yang berkualitas. Bukan dengan tujuan mengekang karyawan.
Lingkungan kerja
diharapkan menambah semangat dalam bekerja. Apabila hal ini dapat berjalan
dengan baik maka pencapaian tujuan perusahaan akan berjalan dengan baik.
Lingkuangan kerja dapat mempengaruhi emosional pegawai. Jika pegawai menyenangi
lingkungan kerja dimana mereka bekerja, maka pegawai tersebut akan betah di
tempat kerjanya, melakukan aktivitasnya sehingga waktu kerja dipergunakan
secara efektif.
Selain
lingkungan kerja yang kondusif, pemberian kompensasi yang sesuai kepada
karyawan merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan dan karyawan.
Perusahaan akan mendapatkan karyawan yang bersedia bekerja dan menjalankan
tugas-tugas dengan baik, sedangkan karyawan merasa pemberian kompensasi sebagai
penghargaan atas kerja yang telah dilaksanakan. Hubungan tersebut akan
menentukan kelangsungan hidup dan keberhasilan perusahaan. Untuk itu perusahaan
harus terus dapat mengawasi, mengontrol, memperhatikan, meneliti kinerja
karyawan agar dapat mengetahui perkembangan perusahaan.
Salah satu
fenomena yang muncul dewasa ini adalah adanya kebijakan pemberian kompensasi
yang cenderung masih belum sepenuhnya sesuai dengan harapan pegawai, sedangkan
kompensasi itu sendiri adalah merupakan salah satu faktor untuk mendorong
pegawai agar memiiki kinerja yang tinggi. Kompensasi itu terbagi menjadi dua,
terdapat kopensasi finansial langsung dan kompensasi finansial tidak langsung. Kompensasi finansial langsung terdiri dari
gaji, uang transport, tunjangan hari raya (THR), uang lembur dan tunjangan
langsung lainnya. Sedangkan kompensasi finansial tidak langsung terdiri dari
promosi jabatan, asuransi, tunjangan jabatan dan mutasi. Pemberian kompensasi
kepada karyawan harus selalu mempertimbangkan usaha-usaha untuk memenuhi
kebutuhan karyawan.
Sistem
kompensasi yang dirancang oleh suatu perusahaan harus mampu memacu kinerja
karyawan agar berprestasi pada tingkat yang tinggi. Karyawan akan mendapat kompensasi
berupa penghargaan dalam bentuk uang ataupun dalam bentuk penghargaan lainnya.
Disetiap pekerjaan yang dilakukan karyawan berhasil, seperti contoh dapat
melakukan transaksi dengan customer (melakukan penjualan) Nilai atau jumlah
kompensasi yang didapat oleh karyawan tergantung besar kecilnya transaksi atau
penjualan yang dilakukan karyawan. Untuk itu kompensasi yang dibentuk oleh
perusahaan harus memiliki nilai dimata karyawannya. Sistem kompensasi yang
dibuat harus bertujuan untuk mempertahankan karyawan yang ada terutama karyawan
yang berkualitas agar mereka betah bekerja dan tidak tertarik untuk pindah ke
organisasi yang lainnya.
Keterkaitan
kompensasi dengan kinerja sangatlah signifikan. Semakin tinggi kompensasi
semakin tinggi tingkat kepuasan karyawan; Cateris Paribus. Derajat kepuasan
yang semakin tinggi akan semakin meningkatkan motivasi karyawan dalam meraih
kinerja yang tinggi. Jika dikelola dengan baik, kompensasi membantu perusahaan
untuk mencapai tujuan dalam memperoleh, memelihara, dan menjaga karyawan dengan
optimum. Sebaliknya tanpa kompensasi yang cukup, karyawan yang ada tidak saja
mengekspresikan diri mereka dalam bentuk protes keras dan mogok kerja, tidak
tetib pada waktu jam kerja tetapi juga sangat mungkin meninggalakan perusahaan.
Bagi perusahaan,
penelitian kinerja sangat berguna untuk menilai kuantitas, kualitas, efisiensi
perubahan, motivasi para karyawan serta melakukan pengawasan dan perbaikan.
Kinerja karyawan yang optimal sangat dibutuhkan untuk meningkatkan
produktivitas dan menjaga kelangsungan hidup perusahaan ini. Setiap perusahaan
tidak akan pernah luput dari hal pemberian balas jasa atau kompensasi yang
merupakan salah satu masalah penting dalam menciptakan motivasi kerja karyawan,
karena untuk meningkatkan kinerja karyawan dibutuhkan pemenuhan kompensasi
untuk mendukung motivasi para karyawan. Dengan terbentuknya motivasi yang kuat,
maka akan dapat membuahkan hasil atau kinerja yang baik sekaligus berkualitas
dari pekerjaan yang dilaksanakannya.
PT. Doha
Propertindo Banyuwangi adalah perusahaan lokal yang bergerak di bidang
properti. Saat ini PT. Doha Propertindo mengerjakan perumahan di empat lokasi
pemukiman di Banyuwangi. Mayoritas karyawan PT.Doha Propertindo sebagian besr
merupakan karyawan yang lebih banyak bekerja di lapangan bukan orang kantoran
seperti mandor, tukang kuli bangunan, karyawan pemasaran, dan lain-lain.
Sementara untuk karyawan yang bertempat kerja di kantor pusat ada 28 orang, dan
kantor proyek masing-masing 29 orang, serta banyak tenaga freelance yang
mengerjakan bangunan masing-masng lokasi proyek. Hal itu juga mencerminkan
tingkat pendidikan karyawan yang sangat beragam pula. Selain itu lingkungan
kerja di kantor dan lapangan atau lokasi proyek memiliki karakter yang jauh
berbeda. Oleh karena itu PT. Doha Propertindo merasa perlu memberi perhatian
khusus dalam menciptakan lingkungan kerja yang kondusif, pemberian kompensasi
yang adil bagi karyawan di kantor maupun di lokasi proyek untuk mendukung
motivasi karyawan. Dengan terbentuknya motivasi yang kuat, maka akan membuahkan
hasil atau kinerja yang baik sekaligus berkualitas dari pekerjaan yang
dilaksanakannya. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis melakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh Kompensasi dan
Lingkungan Kerja terhadap Motivasi dan Kinerja Karyawan pada PT. Doha
Propertindo Banyuwangi”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah
diatas, permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah kompensasi berpengaruh langsung terhadap motivasi karyawan pada PT. Doha
Propertindo Banyuwangi?
2. Apakah lingkungan kerja berpengaruh langsung terhadap motivasi karyawan pada PT. Doha
Propertindo Banyuwangi?
3. Apakah kompensasi berpengaruh langsung terhadap kinerja karyawan pada PT. Doha
Propertindo Banyuwangi?
4. Apakah lingkungan kerja berpengaruh langsung terhadap kinerja akaryawan pada PT. Doha
Propertindo Banyuwangi?
5. Apakah kompensasi dan lingkungan kerja berpengaruh tidak langsung terhadap kinerja
karyawan pada PT.Doha Propertindo Banyuwangi melalui variabel intervening motivasi?
1. Apakah kompensasi berpengaruh langsung terhadap motivasi karyawan pada PT. Doha
Propertindo Banyuwangi?
2. Apakah lingkungan kerja berpengaruh langsung terhadap motivasi karyawan pada PT. Doha
Propertindo Banyuwangi?
3. Apakah kompensasi berpengaruh langsung terhadap kinerja karyawan pada PT. Doha
Propertindo Banyuwangi?
4. Apakah lingkungan kerja berpengaruh langsung terhadap kinerja akaryawan pada PT. Doha
Propertindo Banyuwangi?
5. Apakah kompensasi dan lingkungan kerja berpengaruh tidak langsung terhadap kinerja
karyawan pada PT.Doha Propertindo Banyuwangi melalui variabel intervening motivasi?
1.3 Batasan Masalah
1. Penelitian ini hanya menguji pengaruh variabel kompensasi dan lingkungan kerja terhadap motivasi
karyawan dan kinerja karyawan pada PT. Doha Propertindo Banyuwangi.
2. Responden pada penelitian ini adalah seluruh karyawan pada PT. Doha Propertindo Banyuwangi.
3. Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan 06 Februari sampai 06 Maret 2017.
1. Penelitian ini hanya menguji pengaruh variabel kompensasi dan lingkungan kerja terhadap motivasi
karyawan dan kinerja karyawan pada PT. Doha Propertindo Banyuwangi.
2. Responden pada penelitian ini adalah seluruh karyawan pada PT. Doha Propertindo Banyuwangi.
3. Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan 06 Februari sampai 06 Maret 2017.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1
Tujuan
Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
a.
Untuk mengetahui pengaruh langsung
kompensasi terhadap motivasi karyawan pada PT. Doha Propertindo banyuwangi.
b.
Untuk mengetahui pengaruh langsung
lingkungan kerja terhadap motivasi karyawan pada PT. Doha Propertindo
Banyuwangi.
c.
Untuk mengetahui pengaruh langsung
kompensasi terhadap kinerja karyawan pada PT. Doha Propretindo Banyuwangi.
d.
Untuk mengetahui pengaruh langsung
lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan pada PT. Doha Propertindo
Banyuwangi.
e.
Untuk mengetahui pengaruh tidak langsung
kompensasi dan lingkungan kerja terhadap kinerja melalui variabel intervening
motivasi karyawan pada PT.Doha Propertindo Banyuwangi.
1.4.2
Manfaat
Penelitian
Hasil penelitian yang diperoleh ini
diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
a. Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat
menambah wawasan dan pengetahuan berkaitan dengan kompensasi, lingkungan kerja,
motivasi dan kinerja karyawan.
b. Perguruan
Tinggi
Penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan sebagai bahan acuan bagi penelitian berikutnya yang berkaitan dengan
kompensasi, lingkungan kerja, motivasi dan kinerja karyawan serta diharapkan
dapat memperoleh kajian teoritis ilmiah bagi perbaikan mendalam sehingga dapat
dijadikan acuan konseptual ilmiah bagi pengambilan keputusan yang berkaitan dengan
restrukturisasi perusahaan.
c. Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan
dapat berguna sebagai bahan pertimbangan dan evaluasi bagi pimpinan perusahaan
untuk mengembangkan lingkungan kerja yang kondusif yang berkaitan dengan
pengembangan sumber daya manusia sehingga dapat meningkatkan motivasi dan
kinerja karyawan dimasa yang akan datang.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Penelitian Terdahulu
2.1.1
Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang pengaruh lingkungan kerja dan
kompensasi terhadap kinerja karyawan melalui motivasi sebagai variabel
intervening telah banyak dilakukan dan dapat dijadikan sebagai landasan empiris
dalam mengembangkan penelitian. Beberapa peneliti terdahulu yang terkait dengan
penelitian ini antara lain:
Anoki Herdian Dito
(2010) dengan judul “Pengaruh Kompensasi terhadap Kinerja Karyawan PT.
Slamet Langgeng Purbalingga dengan Motivasi sebagai Variabel Intervening”.
Program Sarjana Manajemen Universitas Diponegoro. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh kompensasi terhadap kinerja karyawan PT. Slamet
Langgeng Purbalingga dengan motivasi sebagai variabel intervening. Populasi
penelitian adalah seluruh karyawan PT. Slamet Langgeng Purbalingga. Jumlah
sampelnya 57 responden dengan
menggunakan metode simple random
sampling. Analisis yang digunakan meliputi uji validitas, uji reliabilitas, uji
asumsi klasik, uji model, analisis regresi linier dan intervening.
Landasan penelitian terdahulu yang kedua
adalah Riana Wahyu Ningsih (2016) dengan judul “Pengaruh gaya
kepemimpinan dan lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan melalui motivasi
kerja pada PT. Sari Bumi Sidayu Kabupaten Gresik”. Program Studi Manajemen
Universitas Jember. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh
gaya kepemimpinan dan lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan melalui
motivasi kerja pada PT. Sari Bumi Sidayu Kabupaten Gresik berjumlah 260 orang,
maka populasi dalam penelitian ini berjumlah 249 yang terdiri dari bagian
mekanik dan operator, bagian produksi dan gudang dan bagian pengiriman. Dari
perhitungan slovin diperoleh sampel sebesar 71 orang karyawan. Metode sampling
yang digunakan adalah proporsional sampling jenis penelitian ini merupakan
penelitian explanatory research. Sumber data yang digunakan penelitian ini
adalah data primer dan sekunder. Analisa data menggunakan metode analisa jalur
(path analysis).
Landasan penelitian terdahulu yang
ketiga adalah Astrid Ardiani (2015) adalah dengan
judul “Analisis Pengaruh pemberian insentif dan
lingkungan kerja non fisik terhadap motivasi kerja dan dampaknya pada kinerja
karyawan (Studi pada BRI Kantor Cabang Pattimura)”. Program Studi
Manajemen Universitas diponegoro semarang. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui
apakah pemberian insentif
dan lingkungan kerja non
fisik berpengaruh terhadap
motivasi karyawan dan menganalisis dampaknya terhadap kinerja
karyawan di BRI Kantor Cabang Pattimura. Populasi dalam
penelitian ini adalah
karyawan BRI Kantor
Cabang Pattimura. Sampel yang
diambil sebanyak 110
responden dengan menggunakan teknik
Non-Probability Sampling dimana
tidak semua anggota populasi
dalam posisi yang
sama memiliki peluang
untuk dipilih menjadi sampel.
Hasil penelitian menunjukan
bahwa lingkungan kerja
non fisik memiliki pengaruh positif dan signifikan
terhadap motivasi kerja, pemberian insentif memiliki pengaruh
negatif terhadap motivasi
kerja dan kinerja
karyawan, lingkungan kerja non fisik dan motivasi kerja berpengaruh
positif dan tidak signifikan pada kinerja karyawan. Variabel yang paling tinggi
pengaruhnya terhadap motivasi kerja dan kinerja karyawan adalah lingkungan kerja
non fisik. Model persamaan ini memiliki nilai Chi-square sebesar 57,080 dengan
probabilitas sebesar 0,024.
Landasan
penelitian terdahulu yang keempat adalah Nurul Ikhsan Sahlan, Peggy A. Mekel,
Irvan Trang (2015) adalah dengan judul “Pengaruh
lingkungan kerja, kepuasan kerja dan kompensasi terhadap kinerja karyawan pada
PT. Bank Sulut Cabang Airmadidi”. Program Studi Manajemen
Universitas Sam Ratulangi Manado. Populasi dalam
penelitian ini adalah pegawai PT. Bank SULUT
Cabang Airmadidi. Teknik
pengambilan sampel adalah
sampling jenuh, yaitu
mengambil seluruh sampel sebanyak
68 responden. Metode penelitian menggunakan metode analisis regresi linier
berganda. Hasil penelitian dan hipotesis menunjukan bahwa lingkungan kerja,
kepuasan kerja, dan kompensasi secara
simultan berpengaruh secara signifikan
terhadap kinerja karyawan.
Secara parsial hanya
lingkungan kerja yang
tidak signifikan terhadap kinerja karyawan, kepuasan kerja dan
kompensasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Sebaiknya pimpinan
PT. Bank Sulut Cabang Airmadidi dapat memperhatikan faktor lingkunga kerja,
kepuasan kerja, serta
pemberian kompensasi yang
dapat meningkatkan kinerja
karyawan sehingga dapat mencapai visi dan misi perusahaan.
Landasan penelitian terdahulu yang
kelima adalah Sakra Brahma Putra (2014) dengan judul
“Pengaruh gaya kepemimpinan situasional dan lingkungan kerja terhadap
kinerja karyawan dengan motivasi kerja karyawan sebagai variabel intervening
(Studi pada PT. Bank OCBC NISP Tbk. KCP Bekasi)”.
Program Sarjana manajemen Universitas Diponegoro Semarang. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui
Jumlah sampel yang
ditetapkan adalah sebanyak 60 responden dengan pengambilan sampel menggunakan metode
simple random sampling. Pengukuran dalam kuisioner menggunakan skala
Likert.Metode analisis data yang digunakan adalah path analysis dengan bantuan
progran SPSS versi 21 untuk
menguji pengaruh mediasi digunakan uji Sobel.
Tabel 2.1
Tabulasi Penelitian Terdahulu
Keterangan
|
Nama Peneliti dan
Tahun
|
Judul Penelitian
|
Populasi dan Sampel
|
Alat Analisis
|
Hasil Penelitian
|
Penelitian Pertama
|
Anoki Herdian Dito (2010)
Program Sarjana Manajemen Universitas
Diponegoro
|
Pengaruh Kompensasi terhadap Kinerja
Karyawan PT. Slamet Langgeng Purbalingga dengan Motivasi sebagai Variabel
Intervening
|
Populasi :
Seluruh karyawan
Sampel :berjumlah 57 orang
|
Analisis
regresi linier dan intervenig
|
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa (1) uji-t yang dilakukan dan hasil analisis
regresilinier 1 di atas dapat diketahui
bahwa Kompensasi berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap Motivasi dan pada hasil analisis regresi linier 2 diketahui
bahwa Kompensasi dan Motivasi
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Kinerja.
Dan berdasarkan
(2) uji
mediasi (intervening) sehingga diketahui bahwa varibel motivasi mampu menjadi
variabelintervening oleh karena perhitungan
standardized coeffients untuk pengaruh
tidak langsung kompensasi terhadap
kinerja melalui motivasi kerja
lebih besar dibanding pengaruh
secara langsung kompensasi terhadap kinerja.
|
Penelitian Kedua
|
Muhammad Nur Kholis (2013)
Program Studi Manajemen
Universitas Jember
|
Pengaruh gaya kepemimpinan
dan lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan melalui motivasi kerja pada
PT. ICS
|
Populasi :
Seluruh karyawan
Sampel berjumlah 60 orang
|
Analisis
regresi linier dan intervening
|
Berdasarkan
hasil dari penelitian :
1)
Gaya kepemimpinan dan lingkungan kerja berpengaruh
positif dan signifikan tehadap motivasi kerja karyawan PT. Sari Bumi Sidayu
Kabupaten Gresik
2)
Gaya kepemimpinan dan lingkungan kerja berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan PT. Sari Bumi Sidayu
Kabupaten Gresik
3)
Motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja karyawan PT. Sari Bumi Sidayu Kabupaten Gresik
|
Penelitian Ketiga
|
Astrid Ardiani
(2015)
Program Studi
Manajemen Universitas diponegoro semarang
|
Analisis Pengaruh pemberian
insentif dan lingkungan kerja non fisik terhadap motivasi kerja dan dampaknya
pada kinerja karyawan (Studi pada BRI Kantor Cabang Pattimura)
|
Populasi :karyawan BRI
Kantor Cabang Pattimura
Sampel :
Sebanyak 110 responden.
|
Analisis regresi
linier berganda
|
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa lingkungan
kerja non fisik memiliki pengaruh positif dan signifikan
terhadap motivasi kerja, pemberian insentif memiliki pengaruh
negatif terhadap motivasi
kerja dan kinerja
karyawan, lingkungan kerja non fisik dan motivasi kerja berpengaruh
positif dan tidak signifikan pada kinerja karyawan.
|
Penelitian Keempat
|
Nurul Ikhsan
Sahlan, Peggy A. Mekel, Irvan Trang (2015)
Program Studi
Manajemen Universitas Sam Ratulangi Manado
|
Pengaruh lingkungan kerja,
kepuasan kerja dan kompensasi terhadap kinerja karyawan pada PT. Bank Sulut Cabang
Airmadidi
|
Populasi
:karyawan PT. Bank SULUT Cabang Airmadidi
Sampel :
Sebanyak 68 responden.
|
analisis
regresi linier berganda
|
berpengaruh secara
signifikan terhadap kinerja
karyawan. Secara parsial
hanya lingkungan kerja
yang tidak
signifikan
terhadap kinerja karyawan, kepuasan kerja dan kompensasi berpengaruh
signifikan terhadap kinerja
karyawan.
Sebaiknya pimpinan PT. Bank Sulut Cabang Airmadidi dapat memperhatikan faktor
lingkungan kerja, kepuasan kerja, serta
pemberian kompensasi yang dapat
meningkatkan kinerja karyawan
sehingga dapat
mencapai
visi dan misi perusahaan.
|
Penelitian Kelima
|
Sakra Brahma Putra (2014)
Program
Sarjana manajemen Universitas Diponegoro Semarang
|
Pengaruh gaya kepemimpinan situasional
dan lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan dengan motivasi kerja karyawan
sebagai variabel intervening (Studi pada PT. Bank OCBC NISP Tbk. KCP Bekasi)
|
Populasi :
Seluruh karyawan PT. Bank OCBC NISP
Tbk. KCP bekasi
Sampel :
Sebanyak 60 responden menggunakan
metode simple random sampling
|
Analisis regresi linier dan intervenig
|
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa
1) variabel
gaya
kepemimpinan situasional berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kinerja
karyawan
2) Lingkungan kerja berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja karyawan
3) Gaya
kepemimpinan situasional berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan
melalui
motivasi kerja.
4) Lingkungan
Kerja berpengaruh positif
terhadap kinerja
karyawan melalui motivasi
kerja.
|
Sumber : Data Diolah,
2017
Perbedaan dan Persamaan Pada Penelitian
Terdahulu yaitu:
Berdasarkan
kajian diatas terdapat persamaan dengan penelitian saat ini. Variabel
Kompensasi (X1) yang sama dengan
peneliti Anoki Herdian Dito (2010),
Nurul Ikhsan Sahlan, Peggy A. Mekel, Irvan Trang (2015). Selain itu variabel
lingkungan kerja (X2) yang sama dengan
peneliti terdahulu milik Astrid Ardiani (2015) dan Muhammad Nur Kholis (2013), Sakra Brahma Putra (2014).
Untuk variabel terikat Motivasi kerja
(Y1) yang sama dengan peneliti terdahulu milik Astrid Ardiani (2015) dan Muhammad
Nur Kholis (2013). Sedangkan variabel
terikat kinerja karyawan (Y2) yang sama penelitian terdahulu milik Anoki Herdian Dito (2010), Astrid Ardiani (2015) dan Muhammad
Nur Kholis (2013), Dan juga pada alat
analisis yang digunakan yaitu dengan analisis Linier berganda dan intervening.
Penelitan
ini berbeda dengan penelitan
sebelumnya yaitu pada variabel terikat milik Astrid Ardiani (2015). Persamaan
peneliti terdahulu dengan penelitian saat ini sama-sama menggunakan alat
analisis yaitu analisis linier berganda dan intervening, selain itu perbedaan
peneliti terdahulu dengan penelitian saat ini terletak pada objek, responden,
tempat dan teknik pengambilan populasi dan sampel. Itulah persamaan dan
perbedaan dari penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini.
2.2 Landasan Teori
2.2.1
Manajemen Sumber Daya Manusia
Menurut Ike Kusdyah Rachmawati dalam bukunya yang
berjudul “Manajemen Sumber Daya Manusia” (2008 : 3) mendefinisikan:
”Manajemen Sumber Daya Manusia” merupakan suatu
proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan
kegiatan-kegiatan pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi,
pengintegrasian, pemeliharaan, dan pelepasan sumber daya manusia agar tercapai
berbagai tujuan indvidu, organisasi dan masyarakat.
Manajemen menurut Robbin dan Coulter (2013 :8)
adalah proses pengkoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan
tersebut terealisasikan secara efisien dan efektif dengan melalui orang lain.
Efisien berarti memperoleh output terbesar dengan input terkecil; digambarkan
sebagai “Melakukan segala sesuatu secara benar”. Efektif adalah menyelesaikan
kegiatan sasaran organisasi dapat tercapai: digambarkan sebagai “ Melakukan
segala sesuatu yang benar”.
Sedangkan menurut Bangun (2012: 6) manajemen sumber
daya manusia adalah suatu proses, perencanaan, pengorganisasian, penyusunan
staf, penggerakan, dan pengawasan, terhadap pengadaan, pengembangan, pemberian
kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan dan pemisahan tenaga kerja untuk
mencapai tujuan organisasi.
Dari definisi diatas dapat dikatakan bahwa pengertian
Manajemen sumber daya manusia secara garis besar sama yaitu bahwa manajemen
sumber daya manusia mendayagunakan tenaga kerja manusia untuk bekerja secara
efektif dan efisien dengan mengembangkan kemampuan yang mereka miliki dalam
mewujudkan tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Dengan tujuan tersebut
maka tenaga kerja akan termotivasi untuk bekerja keras dengan sebaik mungkin.
2.2.2
Kompensasi
Menurut Ike Kusdyah Rachmawati (2008 : 143) dalam
bukunya yang berjudul “ Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan” Kompensasi
adalah salah satu cara organisasi untuk meningkatkan prestasi kerja, motivasi
dan kepuasan kerja pegawai.
Menurut Dessler dalam Samsudin (2010: 187)
kompensasi adalah setiap bentuk pembayaran atau imbalan yang diberikan kepada
karyawan dan timbul dari dipekerjakannya karyawan itu.
Rivai (2013 : 741) membagi kompensasi dalam dua
jenis, yaitu: Kompensasi finansial dan Non-finansial. Jenis kompensasi
finansial terdiri dari kompensasi langsung dan tidak langsung. Kompensasi
langsung antara lain: Pembayaran karyawan dalam bentuk upah, gaji, bonus atau
komisi. Kompensasi tidak langsung, atau benefit, terdairi dari semua pembayaran
yang tidak tercakup dalam kompensasi finansial langsung yang meliputi liburan,
berbagai macam asuransi, jasa seperti perawatan anak atau kepedulian keagamaan,
dan sebagainya. Sedangkan non-finansial adalah penghargaan seperti pujian,
menghargai diri sendiri, dan pengakuan yang dapat mempengaruhi motivasi kerja
karyawan, produktivitas, dan kepuasan. Selanjutnya Robbins (2013: 246)
mengemukakan kompensasi yang mengandung pengertian yang sama dengan upah
variabel yaitu suatu bagian dari upah seorang karyawan yang didasarkan pada
suatu ukuran kinerja individual atau organisasi. Upah variabel tersebut terdiri
dari upah berdasarkan potongan, bonus, berbagai laba dan berbagai hasil. Dari berbagai pendapat tersebut
dapat disimpulkan bahwa sistem kompensasi adalah yang diberikan kepada pegawai
atas dasar prestasi kerjanya. Sistem kompensasi tersebut meliputi: Upah
potongan (peacework), komisi, bonus,
bagi laba, bagi produksi.
a. Upah
potongan (peacework), yaitu pemberian
kompensasi berdasarkan jumlah hasil pekerjaan pegawai yang dinyatakan dalam
unit produksi. Dasar perhitungan ialah bahwa semakin banyak unit produksi yang
dihasilkan, semakin pula kompensasi yang diterimanya. Sistem ini tidak dapat
diterapkan pada pegawai bagian administrasi, atau pada pekerjaan yang telah
ditentukan.
b. Komisi,
yaitu imbalan yang diberikan kepada pegawai disamping memperoleh gaji pokok,
juga diberikan kompensasi karena keberhasilannya melaksanakan tugas, atau
pegawai yang memperoleh penghasialannya yang semata-mata berupa komisi.
c. Bonus,
yaitu imbalan yang diberikan kepada pegawai yang mampu bekerja sedemikian rupa
sehingga tingkat produktifitas yang berlaku terlampaui. Bonus dibayar secara
exklusif kepada para exsekutif atau kepada semua pegawai. Ada tiga cara
pemberian bonus yaitu: pertama, berdasarkan jumlah unit produksi yang
dihasilkan dalam kurun waktu tertentu, jika produksinya melebihi jumlah yang
telah ditetapkan, pegawai menerima bonus atas kelebihan jumlah yang dihasilkan.
Kedua, appabila terjadi penghematan waktu, yaitu jika pegawai dapat
menyelesaikan tugas dalam waktu yang lebih singkat dari waktu yang seharusnya,
dengan alasan bahwa dengan menghemat waktu, lebh banyak pekerjaan yang harus
diselesaikan dan ketiga, berdasarkan perhitungan progresif, yaitu jika pegawai
makin lama makin mampu memproduksikan barang dalam jumlah yang semakin besar,
makin besar pula bonus yang diterimanya untuk setiap kelebhan produksi yang
dihasilkannya.
d. Kurva
kematangan, (mautrity curve), yaitu
bagi organisasi yang mengrjakan tenaga teknikal dan profesional ilmiah, Apabila
ada tenaga kerja profesional yang karena masa kerja dan golongan pangkat serta
gaji tidak bisa mencapai pangkat dan penghasilan yang lebih tinggi lagi, dibuat
suatu kurva prestasi kerja. Kerja normal diberikan kompensasi tertentu. Dengan
demikian meskipun golongan apangkat dan gaji yang sudah maksimal, penghasilan
riilnya masih dapat ditingkatkan.
e. Bagi
laba atau keuntungan, yaitu kompensasi yang diberikan berdasarka suatu rumus
yang telah ditetapkan yang dirancang berdasarkan profitabilitas atau keuntungan
suatu perusahaan atau organisasi.
f. Bagi
produksi, yaitu kompensasi yang diberikan kepada produktifitas kelompok, jika
produktifitas kelompo mampu melampaui target produksi normal maka diberikan
bonus. Dalam
menyusun sistem kompensasi, ada lima faktor yang harus dipertimbangkan
sebagaimana dikemukakan Rivai (2013 : 741) yaitu sebagai berikut:
a. Tingkat
upah dan gaji yang berlaku diberbagai organisasi yang ada dalam satu wilayah
tertentu. Walaupun demikian juga harus dipertimbangkan langka tidaknya tenaga
kerja yang memiliki pengetahuan dan keterampilan tertentu yang dibutuhkan
organisasi.
b. Tuntutan
serikat kerja, yaitu sangat memungkinkan serikat pekerja berperan dalam
mengajukan tuntutan tingkat gaji atau upah yang lebih tinggi adari tingkat yang
berlaku disebabkan oleh berbagai faktor kebutuhan pekerja untuk meningkatkan
tarap hidup dan kesejahteraan anggotanya. Peran dan tuntutan serikat kerja
perlu diperhitungkan, karena apabila tidak, para pekerja memungkinkan akan
melancarkan berbagai kegiatan yang dapat merugikan organisasi dan pegawai itu
sendiri.
c. Produktifitas,
yaitu apabila para pegawai merasa tidak memperoleh kompensasi yang wajar,
sangat mungkin pegawai tidak akan bekerja keras, sehingga produktifitasnya
rendah dan dapat menimbulkan bagi organisasi.
d. Kebijakan
organisasi mengenai upah dan gaji, yaitu yang tercermin pada gaji pokok yang
penting, akan tetapi berbagai komponen lain dari kebijkaan organisasi, seperti
tunjangan jabatan, tunjangan istri, tunjangan anak, tunjangan transportasi,
bantuan pengobatan, bonus, tunjangan kemahalan dan sebagainya.
e. Peraturan
perundang undangan yang berlaku dalam suatu daerah atau negara, misalnya
tingkat upah minimum, upah lembur, mempekerjakan wanita, mempekerjakan anak
dibawah umur, keselamatan kerja, hak cuti, jumlah jam kerja dalam seminggu, hak
berserikat dan sebagainya.
Semua sistem kompensasi yang baik
tidak bisa dilihat dari satu sudut kepentingan organisasi sebagai pemakai
tenaga kerja saja atau kepentingan pegawai saja, tetapi kepentingan dari
bebagai pihak yang turut terlibat langsung maupun tidak langsung. Sedangkan
sistem kompensasi merupakan salah satu alat untuk memotivasi para karyawan
untuk mewujudkan tujuan organisasi yang telah ditetapkan itu. Komponen umumnya
diberikan sebagai imbalan atas perilaku kerja individual, tetapi dapat pula
diberikan kepada kelompok. Sistem kompensasi menghubungka antara kompensasi dan
unjuk kerja bukan senioritas ataupun jumlah jam kerja. Menurut Robbins (2013)
menyatakan bahwa program kompensasi yang efektif harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a. Sederhana:
aturan-aturan dalam sistem kompensasi harus ringkas, jelas dan mudah dipahami.
b. Spesifik:
jangan hanya mengatakan “hasil lebih banyak” atau “hentikan kecelakaan”. Para
pegawai perlu mengetahui secara cepat tentang apa yang harus mereka kerjakan.
c. Terjangkau:
Setiap pegawai harus mempunyai peluang yang wajar untuk memperoleh kompensasi.
d. Terukur:
Sasaran-sasaran yang terukur adalah dasar untuk membangun rencana-rencana atau
program kompensasi. Program kompensasi akan menjadi tidak ada manfaatnya bila
hasil atau prestasi kerja tidak dapat dikaitkan dengan rupiah yang dikeluarkan. Indikator kompensasi menurut Eka dan Subowo dalam jurnal Kajian Bisnis dan Manajemen (2005), indikator –
indikator untuk mengukur kompensasi finansial adalah :
a. Gaji
b. Insentif
c. Tunjangan transportasi
d. Tunjangan kesehatan
e. Tunjangan keluarga
2.2.3 Lingkungan Kerja
Menurut Sedarmayanti (2011: 2) Lingkungan kerja
adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarnya
dimana seseorang bekerja metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik
sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok.
Sutrisno (2014 : 118) menyatakan bahwa “Lingkungan
kerja adalah faktor-faktor diluar manusia baik fisik maupun non-fisik dalam
suatu organisasi. Faktor ini mencakup peralatan kerja, kesesakan, kebisingan
dan luas ruang kerja. Sedangkan non-fisik mencakup hubungan kerja yang
terbentuk di instansi antara atasan dan bawahan serta antara sesama karyawan”.
Lingkungan kerja yang mendukung produktivitas kerja kan menimbulkan kepuasan
kerja bagi pekerja dalam suatu organisasi. Indikator lingkungan kerja adalah
(1) fasilitas kerja, (2) gaji dan tunjangan (3) hubungan kerja. (Sutrino 2014:
118). Motivasi kerja pegawai akan mendorong dari lingkungan kerja. Jika
lingkungan kerja mendukung maka akan timbul keinginan pegawai untuk melakukan
tugas dan tanggung jawabnya. Keinginan ini kemudian akan menimbulkan persepsi
pegawai juga dipengaruhi oleh faktor insentif yang diberikan oleh instansi.
Setiap orang memerlukan 5 (lima) kebutuhan yang
telah dikemukakan oleh moslow sebagaimana di atas sebagai sumber lingkungan
kerja dalam rangka meningkatkan semangat kerjanya. Namun yang paling penting
bagi seseorang adalah lingkungan kerjanya, dimulai dari dalam dirinya sendiri
sesuai dengan pendapat Terry dalam Haibuan (2013) bahwa lingkungan kerja yang
berhasil pengarahan diri sendiri oleh pekerja yang bersangkutan. Lingkungan
kerja adalah kekuatan yang mendorong semangat yang ada di dalam maupun diluar
dirinya baik itu yang berupa reward maupun punishmen sehingga Herbeg dalam
Luthans (2012) menyatakan bahwa manusia
terdapat 6 (enam) faktor pemuas. 1). Prestasi kerja yang diraih (achievement).
2). Pengakuan orang lain (recognition). 3). Tanggung jawa (responsibility). 4).
Peluang untuk maju (advancement). 5). Kepuasan kerja itu sendiri (the work it
self). 6). Dan pengembangan karir (the possibility of growth). Sedangkan faktor
pemeliharaan (maintenace factor) yang disebut dengan ditasfier atau extrinsic
lingkungan kerja meliputi : 1). Kondisi Kerja; 2). Keamanan dan keselamatan;
3). Status; 4). Prosedur Perusahaan; 5). Kapasitas Kerja. 6). Mutu dari
supervisi teknis dari hubungan antara teman sejawat, atasan dan bawahan.
Dari definisi diatas dapat diartikan Lingkungan
kerja adalah tempat dimana pegawai melakukan aktivitas setiap harinya.
Lingkungan kerja yang kondusif memberikan rasa aman memungkinkan pegawai untuk
dapat bekerja optimal. Lingkungan kerja dapat mempengaruhi emosional pegawai.
Jika pegawai menyenangi lingkungan kerja dimana tempat bekerja, maka pegawai
tersebut akan betah di tempat kerjanya. Melakukan aktivitasnya sehingga waktu
kerja dipergunakan secara efektif. Produktifitas akan tinggi dan otomatis
prestasi kerja pegawai tinggi. Lingkungan kerja itu mencakup hubungan kerja
antara bawahan dan atasan serta lingkungan fisik tempat pegawai bekerja.
a.
Lingkungan Kerja
Lingkungan
kerja fisik adalah tempat kerja karyawan melakukan aktivitasnya. Lingkungan
kerja fisik mempengaruhi semangat dan emosi kerja karyawan. Faktor-faktor fisik
ini mencakup suhu udara ditempat kerja, luas ruang kerja, kebisingan,
kepadatan, dan kesesakan. Faktor-faktor fisik ini sangat mempengaruhi tingkah
laku manusia. Robbins (2013) menyatakan bahwa “Faktor-faktor yang mempengaruhi
lingkungan kerja fisik adalah : suhu, kebisingan, penerangan dan mutu udara”.
1). Suhu
Suhu adalah satu variabel dimana
terdapat perbedaan individual yang besar. Suhu yang nyaman bagi seseorang
mungkin merupakan neraka bagi orang lain. Dengan demikian untuk memaksimalkan
produktivitas, adalah penting bahwa karyawan bekerja di suatu lingkungan dimana
suhu diatur sedemikian rupa sehingga berada diantara rentang kerja yang dapat
diterima setiap individu.
2). Kebisingan
Bukti dari telaah-telaah tentang suara menunjukkan
bahwa suara-suara yang konstan atau dapat diramalkan pada umumnya tidak
menyebabkan penurunan kinerja, sebaliknya efek dari suara-suara yang tidak
dapat diramalkan memberikan pengaruh negatif dan menganggu konsentrasi
karyawan.
3).
Penerangan
Bekerja
pada ruang yang gelap dan samar-samar akan menyebabkan ketegangan pada mata.
Intensitas cahaya yang tepat dapat membantu karyawan dalam memperlancar
aktivitas kerjanya. Tingkat yang tepat dari intensitas cahaya juga tergantung
pada usia karyawan. Pencapaian kinerja pada tingkat penerangan yang lebih
tinggi adalah lebih besar untuk karyawan yang lebih tua dibanding yang lebih
muda.
4).
Mutu Udara
Merupakan
fakta yang tidak bisa disangkal bahwa jika menghirup udara tercemar membawa
efek yang merugikan pada kesehatan pribadi.Udara yang tercemar dapat menganggu
kesehatan pribadi karyawan. Udara yang tercemar di lingkungan kerja dapat
menyebabkan sakit kepala, mata perih, kelelahan, lekas marah dan depresi.
Faktor lainnya yang mempengaruhi lingkungan kerja
fisik adalah rancangan ruang kerja. Rancangan ruang kerja yang baik dapat
menimbulkan kenyamanan bagi karyawan ditempat kerjanya. Faktor-faktor dari
rancangan ruang kerja tersebut menurut robbins (2013) terdiri atas :”a. Ukuran
ruang kerja. b. Pengaturan ruang kerja. c. Privasi
1).
Ukuran ruang kerja
Ruangan
kerja sangat mempengaruhi kinerja karyawan. Ruangan kerja yang sempit dan
membuat karyawan sulit bergerak akan menghasilkan kinerja yang lebih rendah
jika dibanding dengan karyawan yang memiliki ruang kerja yang luas.
2).
Pengaturan
Jika
ukuran ruang kerja merujuk pada besarnya ruangan per karyawan, pengaturan
merujuk pada jarak antar orang dan fasilitas. Pengaturan ruang kerja penting
karena sangat mempengaruhi interaksi sosial. Orang lebih mungkin berinteraksi
dengan individu-individu yang dekat secara fisik. Oleh karena itu lokasi kerja
karyawan mempengaruhi informasi yang ingin diketahui.
3).
Privasi
Privasi
dipengaruhi oleh dinding, partisi dan sekatan-sekatan fisik lainnya. Kebanyakan
karyawan menginginkan tingkat privasi yang besar dalam pekerjaan mereka (khususnya
dalam posisi manajerial, dimana privasi diasosiasikan dalam status). Namun
kebanyakan karyawan juga menginginkan peluang untuk berinteraksi dengan rekan
kerja, yang dibatasi dengan menginginkan privasi. Keinginan akan privasi
membatasi gangguan yang terutama sangat menyusahkn orang-orang yang melakukan
tugas-tugas rumit.
b.
Lingkungan Kerja Non-Fisik (Sosial)
Lingkungan
kerja sosial mencakup hubungan yang terbina dalam perusahaan. Seorang pegawai
bekerja di dalam perusahaan tidak sendiri. Di dalam melakukan aktivitas,
pegawai pasti membutuhkan orang lain. Dengan demikian pegawai wajib membina
hubungan baik antara rekan kerja, bawahan maupun atasan karena pegawai saling
membutuhkan. Hubungan kerja yang terbentuk sangat mempengaruhi psikologis
karyawan. Mello (2013) menyataka bahwa “ labour relation is key strategic issue
for organizations becaus the nature of relationship between the employeer and
can have a significant impact on morale, motivation and productivity “. (
Hubungan kerja adalah isu strategis kunci bagi organisasi karena sifat hubungan
antar pemberi kerja dan dapat memiliki pengaruh signifikan terhadap moral,
motivasi dan produktivitas).
Komunikasi yang baik merupakan kunci untuk
membangun hubungan kerja. Komunikasi yang buruk dapat menyebabkan kesalah
pahaman karena gagal menyampaikan pikiran dan perasaan satu sama lainnya.
Komunikasi yang baik dapat digunakan sebagai alat untuk memotivasi prestasi kerja karyawan dan membangun tim
kerja yang solid. Untuk membangun hubungan kerja yang baik, menurut mangku
negara (2014) diperlukan : “ (1) pengaturan waktu, (2) tahu posisi (3) adanya
kecocokan, (4) menjaga keharmonisan, (5) pengendalian desakan dalam diri, (6)
memahami dampak atau tindakan- tindakan anda pada diri orang lain, (7) jangan
mengatur orang lain sampai anda mampu mengatur diri sendiri, (8) tidak
mengumbar kemarahan pada orang lain, (9) bersikap bijak dan bijaksana”. Hal ini
menunjukkan bahwa untuk membangun hubungan kerja yang baik diperlukan
pengendalian emosional dengan baik ditempat kerja.
Mangkunegara (2014) menyatakan bahwa “untuk menciptakan
hubungan relasi kerja yang harmonis dan efektf, pimpinan dan manajer perlu (1).
Meluangkan waktu untuk mempelajari aspirasi-aspirasi karyawan dan bagaimana
mereka berhubungn dengan tim kerja serta (2). Meciptakan suasana, memperhatikan
dan memotivasi kreativitas “. Dari pernytaan ini dapat penulis simpulkan bahwa
pengelolaan hubungan kerja dan pengendalian emosional ditempat kerja sangat
perlu untuk diperhatikan karena akan memberikan dampak terhadap prestasi kerja
karyawan. Hal ini dapat disebabkan karena manusia itu bekerja bukan sebagai
mesin.
Manusia
mempunyai perasaan untuk dihargai dan bukan bekerja untuk uang saja. Manusia
bekerja untuk mendapatkan uang tetapi uang bukan merupakan tujuan segalanya.
Manusia bekerja untuk mendapatkan lebih dari sekedar uang, manusia memerlukan
penghargaan dari perusahaan, memiliki hubungan yang baik dengan sesama karywan
dan manajer serta memiliki pekerjaan yang layak. Jadi uang bukan merupakan alat
motivasi yang utama untuk meningkatkan prestasi kerja karyawan sebaliknya
hubungan kerja baik dilingkungan perusahaan merupakan kunci utama untuk
mendapatkan kepercayaan dan loyalitas yang pada akhirnya memberikan dampak
positif terhadap prestasi kerja karyawan.
Dari Lingkungan kerja adalah tempat dimana pegawai
melakukan aktivitas setiap harinya. Lingkungan kerja yang kondusif memberikan
rasa aman memungkinkan pegawai untuk dapat bekerja optimal. Lingkungan kerja
dapat mempengaruhi emosional pegawai. Jika pegawai menyenangi lingkungan kerja
dimana tempat bekerja, maka pegawai tersebut akan betah di tempat kerjanya. Melakukan
aktivitasnya sehingga waktu kerja dipergunakan secara efektif. Produktifitas
akan tinggi dan otomatis prestasi kerja pegawai tinggi. Lingkungan kerja itu
mencakup hubungan kerja antara bawahan dan atasan serta lingkungan fisik tempat
pegawai bekerja.
Menurut Eka dan Subowo dalam jurnal
Kajian Bisnis dan Manajemen (2005), indikator – indikator untuk mengukur
lingkungan kerja fisik adalah :
a.
Ruang kerja
b.
Suhu udara
c.
Pencahayaan
d.
Fasilitas perlengkapan kerja
e.
Kebisingan
2.2.4
Motivasi
Untuk mempermudah pemahaman motivasi kerja, perlu
pemahaman mengenai motif, motivasi dan motivasi kerja. Motif merupakan
kecenderungan untuk beraktivitas, dimulai dari dorongan dalam diri (drive) dan
diakhiri dengan penyesuaian diri. Penyesuaian diri dikatakan untuk memuaskan
motif (Mangkunegara, 2012: 93). Suatu motif adalah kebutuhan yang distimulasi
yang berorientasi kepada tujuan individu dalam mencapai rasa puas (Stanton,
dalam Mangku negara, 2012:93). Motivasi sebagi kondisi yang menggerakkan manusia
kearah suatu tujuan tertentu ( Stanford: dalam Mangkunegara, 2012:93).
Menurut Ernes L. McCormick dalam Mangkunegara (2009
: 134) mengemukakan bahwa motivasi kerja sebagai kondisi yang berpengaruh
membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan
lingkungan kerja.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat
disimpulkan bahwa motif merupakan dorongan kebutuhan dalam diri pegawai yang
perlu dipenuhi agar pegawai tersebut dapat menyesuaikan diri terhadap
lingkungannya, sedangkan motivasi adalah kondisi yang menggerakkan pegawai agar
mampu mencapai tujuan dari motifnya. Motivasi dapat pula dikatakan sebagai
energi untuk membangkitkan dorongan dalam diri. Terdapat beberapa teori yang dikemukakan oleh para
ahli tentang motivasi, antara lain ( Husnan, et all, 2013: 121):
a. Teori motivasi klasik dari F. W Tailor.
Menurut teori ini motivasi para pekerja hanya untuk memenuhi kebutuhan biologis
saja, yaitu kebutuhan yang diperlukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup
seseorang. Kebutuhan dan kepuasan biologis ini akan terpenuhi apabila gaji atau
upah yang diberikan cukup.
b. Teori kebutuhan dari A. Moslow. Menurut
teori ini semua individu yang bekerja mempunyai tahap kebutuhan dasar yang kaan
dicpai dalam pekerjaannya. Tahap kebutuhan itu adalah fisik, keamanan, sosial
dan harga diri serta aktualisasi diri. Dasar teori Maslow mengenai bagaimana
kebutuhan ini bekerja adalah bahwa manusia dalah makhluk yang selalu mempunyai
keinginan. Kebutuhan yang tidak terpenuhi dapat memotivasi perilaku dan kebutuhan
yang dominan menjadi motivator perilaku yang utama. Setela kebutuhan yang lebih
rendah terpenuhi, kebutuhan yang lebih tinggi menjadi lebih dominan dan
perhatian individu tersebut tertuju kepada pemenuhan kebutuhan yang lebih
tinggi ini. Meski demikian, kebutuhan yang lebih rendah masih ada dan individu
selalu kembali ke kebutuhannya yang
telah terpenuhi.
c. Teori
motivasi prestasi Mc. Clellandd. Teori ini bahwa manusia pada hakekatnya
mempunyai kemampuan untuk berprestasi diatas kemampuan orang lain. Kebutuhan
untuk berprestasi ini adalah suatu motif yang berbeda dan dapat dibedakan dari
kebutuhan-kebutuhan lainnya. Seseorang dianggap mempunyai motivasi untuk
berprestasi jika sesorang mempunyai keinginan untuk melakukan satu karya yang
berprestasi lebih baik dari pada prestasi orang lain. Menurut Mc. Clellandd ada
tiga macam kebutuhan yaitu: Kebutuhan dasar untuk berprestasi, Kebutuhan untuk
bersahabat dan kebutuhan untuk berkuasa.
d. Teori harapan dari Victor H. Vroom. Teori ini menyatakan bahwa kekuatan
yang memotivasi seseorang untuk bekerja giat dalam melaksanakan pekerjaanya
tergantung dari hubungan timbal balik antara apa yang diinginkan dan apa yang
dibutuhkan dari hasil pekerjaannya itu. Teknik
motivasi adalah kemampuan seseorang atau pemimpin secara konseptual ataupun
dengan berbagai sumber daya dan sarana dalam menciptakan situasi yang
memungkinkan timbulnya motivasi pada setiap bawahan atau orang lain untuk
berperilaku sesuai dengan tujuan perusahaan, teknik tersebut terdiri dari (
Sarwoto, 2011 :153)
a. Motivasi langsung adalah penggerak
kemajuan pekerja yang secara langsung dan sengaja diarahkan kepada “ internal
motives” pekerja dengan jalan memberikan perangsang (insentif).
b. Motivasi tidak langsung adalah penggerak
kemajuan pekerja yang secra tidak langsung dan sengaja diarahkan kepada
“internal motives” pekerja dengan jalan memberikan perangsang (insentif).
c. Motivasi langsung da tidak langsung
dilakukan secara bersama-sama.
Menurut Hamzah (2008:73) indikator motivasi kerja
dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Motivasi internal
Adapun motivasi internal meliputi: tanggung jawab
dalam melaksanakan tugas, melaksanakan tugas dengan target yang jelas, memiliki
tujuan yang jelas menantang, ada umpan balik atas hasil pekerjaannya, memiliki
rasa senang dalam bekerja, selalu berusaha mengungguli orang lain.
b. Motivasi eksternal
Adapun motivasi internal meliputi: selalu berusaha
memenuhi kebutuhan hidup kebutuhan kerja, senang memperoleh pujian dari apa
yang dikerjakannya, bekerja dengan ingin memperoleh insentif, bekerja dengan
harapan ingin memperoleh hadiah dari teman dan atasan.
2.2.5
Kinerja Karyawan
Menurut (Hasibuan 2014 : 13) Kinerja merupakan
terjemahan dari bahasa inggris, work performance atau job performance tetapi
dalam bahasa inggris sering disingkat menjadi performance saja. Dalam bahasa
Indonesia disebut juga prestasi kerja. Kinerja pada dasarnya adalah apa yang
dilakukan atau tidak dilakukan karyawan.
Menurut Edi Sutrisno (2010 : 170), Kinerja adalah
kesuksesan seseorang dalam melaksanakan tugas, hasil kerja yang dapat dicapai
oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawab masing-masing atau tentang bagaimana seseorang
diharapkan dapat berfungsi dab berperilaku sesuai dengan tugas yang telah
dibebankan kepadanya serta kuantitas, kualitas dan waktu yang digunakan dalam
menjalankan tugas.
Menurut (2009 : 8) Kinerja hasil yang diproduksi
atau dihasilkan atas fungsi pekerjaan tertentu atau aktivitas –aktivitas selama
periode waktu tertentu dan seperangkat perilaku yang relevan dengan tujuan
organisasi.
Anwar Prabu Mangkunegara (2009 : 75) mengemukakan bahwa
indikator kinerja, yaitu :
1)
Kualitas
Kualitas kerja adalah seberapa baik seorang karyawan mengerjakan apa yang seharusnya dikerjakan.
2)
Kuantitas
Kuantitas kerja adalah seberapa lama seorang pegawai bekerja dalam satu
harinya. Kuantitas kerja ini dapat dilihat dari kecepatan kerja setiap karyawan itu masing-masing.
3)
Pelaksanaan tugas
Pelaksanaan Tugas adalah seberapa jauh karyawan mampu melakukan pekerjaannya dengan akurat
atau tidak ada kesalahan.
4)
Tanggung Jawab
Tanggung jawab terhadap
pekerjaan adalah kesadaran akan kewajiban karyawan untuk melaksanakan pekerjaan
yang diberikan perusahaan.
2.2.5.1
Penilaian Kinerja
Penilaian
kinerja karyawan adalah masalah penting bagi seluruh perusahaan. Untuk
mengetahui peningkatan tentang diri karyawan dalam pelaksanaan pekerjaannya
adalah melalui penilaian kinerja. Namun demikian, kinerja yang memuaskan tidak
terjadi secara otomatis. Pelaksanaan penilaian kinerja harus mampu memotivasi
karyawan sehingga menciptakan rasa puas dan ketenangan bekerja serta mampu
menciptakan budaya kerja yang tinggi. Penilaian kinerja harus dilaksanakan
secara terus-menerus dan sistematis untuk memperoleh hasil penilaian kinerja
yang onjektif. Selain itu, diperlukan pelaksanaan penilaian kerja yang baik,
sehingga program yang disusun dapat berpengaruh terhadap pegawai yang dinilai.
Dengan kata lain, program tersebut harus dapat memotivasi peningkatan, pengenbangan
tanggung jawab dan meningkatkan keterikatan karyawan dalam organisasi.
Rivai (2013 :746) menyatakan bahwa penilaian
kinerja adalah suatu pendekatan dalam melakukan penilaian prestasi kerja para
pegawai yang di dalamnya terdapat berbagai faktor seperti:
a.
Penilaian dilakukan pada manusia yang
memiliki kemampuan tertentu juga tidak luput dari berbagai kelemahan dan
kekurangan;
b.
Penilaian yang dilakukan pada
serangkaian tolak ukur tertentu yang realistik, berkaitan langsung dengan tugas
seseorang serta krikteria yang diterapkan dan diterapkan secara obyektif;
c.
Hasil penilaian disampaikan kepada
pegawai yang dinilai dengan lima alasan:
1)
Apabila penilaian tersebut positif maka
penilaian tersebut menjadi dorongan kuat bagi pegawai yang bersangkutan untuk
lebih berprestasi lagi pada masa yang akan datang sehingga kesempatan meniti
karier lebih terbuka baginya.
2)
Apabila penilaian tersebut bersifat
negatif maka pegawai yang bersangkutan mengetahui kelemahannya dan dengan
sedemikian rupa mengambil berbagai langkah yang diperlukan untuk mengatasi
kelemahan tersebut.
3)
Jika seseorang merasa mendapat penilaian
yang obyektif, kepadanya diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatan
sehingga pada akhirnya dapat memahami dan menerima hasil penilaian yang
diperolehnya.
4)
Hasil penilaian yang dilakukan secara
berkala terdokumentasikan dalam arsip kepegawaian setiap pegawai sehingga tidak
ada informasi yang hilang, baik yang sifatnya menguntungkan maupun merugikan
pegawai yang bersangkutan.
5)
Hasil penilaian prestasi kerja setiap
orang menjadi bahan yang selalu turut dipertimbangkan dalam setiap keputusan
yang diambil mengenai mutasi pegawai, baik dalam arti promosi, alih tugas, alih
wilayah, demosi maupun dalam pemberhentian tidak atas permintaan sendiri.
Rivai (2013:746) menguraikan indikator kinerja
sebagai berikut:
a.
Kualitas kerja merupakan standar yang
harus dicapai oleh seseorang atau kelompok atau lembaga organisasi mengenai
kualitas sumber daya manusia, kualitas cara kerja, proses dan hasil kerja.
b.
Efektivitas kerja, untuk menaksir
efektivitas dari suatu fungsi, dibutuhkan pengukuran yang berkaitan dengan
waktu, kualitas dan kuantitas. Kinerja pegawai yang baik tidak cukup hanya
sekedar menghasilkan lebih banyak dari sejumlah sumber daya yang diberikan.
Kualitas dari apapun yang dihasilkan harus memenuhi baku yang telah ditetapkan
yang diharapkan oleh konsumen atau klien serta sesuai waktu yang direncanakan.
c.
Kemampuan pegawai adalah upaya dalam
menyatukan dan menyelaraskan bermacam-macam elemen yang semuanya terlibat dalam
penyusunan kebijaksanaan dan didalam situasi manajemen.
d.
Inisiatif adalah kemampuan seorang
tenaga kerja untuk mengambil keputusan, langkah-langkah atau melaksanakan suatu
tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas pokok tanpa menunggu perintah
dan bimbingan dari manajemen lainnya.
e.
Komunikasi adalah sebuah tindakan untuk
berbagai informasi, gagasan ataupun pendapat dari setiap partisipan komunikasi
yang terlibat di dalamnya guna mencapai kesamaan makna. Tindak komunikasi
tersebut dapat dilakukan dalam berbagai konteks. Komunikasi horizontal, tindak
komunikasi ini berlangsung adiantara para pegawai ataupun bagian yang memiliki
kedudukan yang setara. Komunikasi vertikal, komunikasi ini berlangsung diantara
atasan dan bawahan.
Indikator-indikator tersebut
digunakan untuk mengukur suatu kinerja dalam kegiatan penelitian, menurut
Rivai (2013:746).
2.2.5.2
Tujuan Penilaian Kinerja
Penilaian
kinerja memiliki tujuan dalam organisasi (Robbins, 2013), yaitu;
a.
Manajemen menggunakan penilaian untuk
mengambil keputusan personalia secara umum, misalnya dalam hal promosi,
transfer ataupun pemberhentian.
b.
Penilaian memberikan penjelasan tentang
pelatihan dan pengembangan yang dibutuhkan. Dalam hai ini, penilaian
menjelaskan keterampilan dan daya saing para pekerja belum cukup tetapi dapat
diperbaiki jka suatu program yang memadai dikembangkan.
c.
Penilaian kinerja dapat dijadikan
sebagai kriteria untuk program seleksi dan pengembangan yang disahkan.
d.
Memenuhi tujuan umpan balik yang ada
terhadap para pekerja tentang bagaimana organisasi memandang kinerja mereka.
e.
Sebagai dasar untuk mengalokasikan atau
menentukan penghargaan.
2.2.5.3
Manfaat Penilaian Kinerja
Mengenai
manfaat penilaian kinerja, Kusumaningsih dalam Febry (2013) menyatakan bahwa:
a. Perbaikan pretasi kerja atau kinerja.
Umpan balik pelaksanaan kerja memungkinkan karyawan, manajer, dan departemen
personalia dapat memperbaiki kegiatan-kegiatan mereka untuk meningkatkan
prestasi.
b. Penyesuaian-penyesuaian
kompensasi.Evaluasi prestasi membantu para pengambilan keputusan dalam
menentukan upah, pemberian bonus dan bentuk kompensasi lainnya.
c. Keputusan-keputusan
penempatan. Promosi dan transfer biasanya didasarkan atas prestasi kerja atau
kinerja masa lalu.
d. Perencanaan
kebutuhan latihan dan pengembangan. Prestasi kerja atau kinerja yang jelek
mungkin menunjukkan perlunya latihan. Demikian pula sebaliknya, kinerja yang
baik mungkin mencerminkan potensi yang dikembangkan.
e. Perencanaan
dan pengembangan karir. Umpan balik prestasi mengarahkan keputusan-keputusan
karir, yaitu tentang jalur karir tertentu yang harus teliti.
f. Mendeteksi
penyimpangan proses staffing. Prestasi kerja yang baik atau buruk adalah
mencerminkan kekuatan atau kelemahan prosedur staffing departemen personalia.
Menurut Eka dan Subowo dalam jurnal
Kajian Bisnis dan Manajemen (2005), indikator – indikator untuk mengukur kinerja adalah:
a. Kualitas Kerja
b. Kuantitas kerja
c.
Pengetahuan
d. Kreativitas
e.
Kerja sama
2.2.6
Pengaruh Kompensasi Terhadap Motivasi Karyawan
Organisasi menggunakan kompensasi untuk memotivasi
semua karyawan. Sebagai contoh, organisasi memberi gaji reguler kepada karyawan
yang datang setiap hari dan menyelesaikan aktivitas yang disyaratkan. Eksklusif
mungkin mendorong karyawan untuk bekerja lembur dengan memberikan kompensasi
untuk upaya tambahan tersebut. Atau manajer mungkin memberikan bonus bagi
individu-individu yang menjual lebih banyak dibandingkan karyawan lain, atau
menemukan proyek-proyek baru. Karyawan akan termotivasi untuk bekerja pada saat
mereka merasa bahwa imbalan didistribusikan secara adil. Perencanaan dan
pelaksanaan sistem kompensasi haruslah memastikan bahwa terdapat keadilan
eksternal, keadilan internal, dan keadilan individu melalui perencanaan dan
penerapan struktur gaji yang efektif dan level gaji yang tepat. Seperti tujuan
kompensasi yang dikemukakan oleh Veithzal Rivai (2013: 359) tujuan kompensasi
adalah untuk membantu perusahaan
mencapai tujuan keberhasilan strategi perusahaan dan menjamin terciptanya
deadilan internal dan eksternal.
2.2.7
Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Motivasi Karyawan.
Motivasi karyawan akan timbul dengan sendirinya,
disamping adanya kemauan ataupun usaha dalam diri karyawan, salah satu faktor
yang cukup penting untuk meningkatkan mutivasi karyawan adalah faktor
lingkungan kerja.
Ahyari ( 2011: 126) lingkungan kerja yang cukup
memuaskan para karyawan akan mendorong para karyawan tersebut bekerja dengan
sebaik- baiknya, sehingga pelaksanaan proses produksi didalam perusahaan
tersebut akan berjalan dengan baik pula. Dengan kata lain, lingkungan kerja
yang kondusif secara langsung akan memotivasi karyawan untuk bekerja dengan
sebaik- baiknya.
Dalam hubungannya dengan peningkatan kesejahteraan
hidup para karyawan, suatu organisasi harus secara efektif memberikan
kompensasi sesuai dengan beban kerja yang diterima karyawan. Kompensasi
merupakan salah satu faktor baik secara langsung atau tidak langsung
mempengaruhi tinggi rendahnya kinerja karyawan. Pemberian kompensasi kepada
karyawan perlu mendapat perhatian khusus agar motivasi para karyawan dapat
dipertahankan dan kinerja karyawan diharapkan akan terus meningkat. Berkaitan
dengan hal tersebut perlu diadakan penelitian mengenai variabel yang
berpengaruh terhadap kompensasi dan kinerja pegawai.
Menurut mangkunegara (2011:105), kompensasi yang
diberikan kepada pegawai sangat berpengaruh pada tingkat kepuasan kerja dan
motivasi kerja, serta hasil kerja. Perusahaan yang menentukan tingkat upah
dengan mempertimbangkan standar kehidupan normal, akan memungkinkan pegawai
bekerja dengan penuh motivasi. Hal ini karena motivasi kerja pegawai banyak
dipengaruhi oleh terpenuhinya atau tidaknya kebutuhan minimal kehidupan pegawai
dan keluarganya.
2.2.8
Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan
Lingkungan kerja adalah tempat dimana pegawai
melakukan aktivitas setiap harinya. Lingkungan kerja yang kondusif memberikan
rasa aman dan memungkinkan pegawai untuk dapat bekerja optimal. Lingkungan
kerja dapat mempengaruhi emosional pegawai. Jika pegawai menyenangi lingkungan
kerja dimna dia bekerja, maka pegawai tersebut akan betah ditempat kerjanya,
melakukan aktivitasnya sehingga waktu kerja dipergunakan secara efektif.
Produktifitas akan tinggi dan otomatis prestasi kerja pegawai juga tinggi.
Dengan kata lain, jika lingkungan kerja itu baik maka secara otomatis pegawai
akan betah ditempat kerja, sehingga meningkatkan produktivitas dan otomatis
kinerja karyawan juga tinggi.
2.2.9
Pengaruh Motivasi Karyawan Terhadap Kinerja Karyawan
Menurut Luthans (2013:12), motivasi kerja
berpengaruh langsung terhadap kinerja. Motivasi adalah usaha atau tingkat bagi
seseorang yang bekerja keras untuk melakukan pekerjaan dengan baik. Semakin
jelas, dan semakin spesifik tujuan yang ditargetkan, maka semakin tinggi
kinerja yang akan dicapai. Pekerjaan yang menantang, dan mampu dikelola
berpengaruh positif terhadap kinerja. Pengaruh antara motivasi dan kinerja
seseorang sangat erat. Dengan kata lain,
jika seorang karyawan termotivasi untuk melakukan pekerjaanya, maka
kinerjanya akan meningkat. Demikian pula sebaliknya jika motivasi seseorang
menurun maka jelas kinerjanya pun akan menurun.
2.2.10 Kerangka Berfikir
Didalam kerangka berfikir
penelitian terdapat kajian teori dari para ahli dan kajian empiris penelitian
terdahulu sebagai bahan acuan penelitian ini.
Gambar
2.2.10
Kerangka Berpikir Peneliti
|
Kajian Empiris
|
Kajian Teoritis
|
|
Anoki Herdian Dito (2010)
“Pengaruh kompensasi
terhadap kinerja karyawan PT. Slamet Langgeng Purbalingga, dengan motivasi
kerja sebagai variabel intervening”
|
1.Teori
Displin Kerja (X1), Desseler dalam Samsudin (2010), Rivai (2013), Robbins
(2013)
- Indikator,
(Eka dan Subowo dalam jurnal kajian bisnis dan manajemen,2005)
·
Gaji
·
Insentif
·
Tunjangan transportasi
·
Tunjangan kesehatan
·
Tunjangan keluarga
|
|
Riana Wahyu Ningsih (2016)
“Pengaruh gaya
kepemimpinan dan lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan melalui motivasi
kerja pada PT. Sari Bumi Sidayu Kabupaten Gresik”
|
2.
Teori Lingkungan Kerja (X2), Sutrisno (2014), Terry dalam Hasibuan (2013),
Herbeg dalam Luthans (2012), Robbins (2013), Mello (2013), Mangkunegara
(2014)
- -indikator,
(Eka dan Subowo dalam jurnal kajian bisnis dan manajemen,2005)
·
Ruang kerja
·
Suhu udara
·
Pencahayaan
·
Fasilitas perlengkapan kerja
·
Kebisingan
|
|
Astrid
Ardiani (2015)
“Analisis Pengaruh pemberian insentif dan lingkungan kerja non fisik
terhadap motivasi kerja dan dampaknya pada kinerja karyawan (Studi pada BRI
Kantor Cabang Pattimura)”
|
3.
Teori Motivasi Kerja (Y1), Mangkunegara (2012), Husnan (2013), Sarwoto (2011)
-
Indikator (Hamzah 2008)
·
Motivasi internal
Adapun motivasi internal meliputi:
tanggung jawab dalam melaksanakan tugas, melaksanakan tugas dengan target
yang jelas, memiliki tujuan yang jelas menantang, ada umpan balik atas hasil
pekerjaannya, memiliki rasa senang dalam bekerja, selalu berusaha mengungguli
orang lain.
·
Motivasi eksternal
Adapun motivasi internal meliputi:
selalu berusaha memenuhi kebutuhan hidup kebutuhan kerja, senang memperoleh
pujian dari apa yang dikerjakannya, bekerja dengan ingin memperoleh insentif,
bekerja dengan harapan ingin memperoleh hadiah dari teman dan atasan.
|
|
Nurul Ikhsan Sahlan, Peggy A.
Mekel, Irvan Trang (2015)
“Pengaruh lingkungan kerja, kepuasan kerja dan kompensasi terhadap kinerja
karyawan pada PT. Bank Sulut Cabang Airmadidi”
|
4.
Teori Kinerja Karyawan (Y2), Hasibun
2014, mangkunegara 2012, sedarmayanti 2014
·
Anwar Prabu
Mangkunegara (2009 : 75) mengemukakan bahwa
indikator kinerja, yaitu :
1.
Kualitas
2.
Kuantitas
3.
Pelaksanaan tugas
4.
Tanggung Jawab
|
2.2.11
Kerangka Konseptual
Keterangan : berdasarkan gambar di atas
dapat dijelaskan bahwa variabel bebas (independent variabel) adalah Kompensasi
(X1), lingkungan kerja (X2), Perantara (intervening variabel) adalah motivasi
(Y), sedangkan variabel terikat (devenden variabel) adalah kinerja karyawan
(Z), variabel untuk menganalisis hubungan variabel dan menguji hipotesis dalam
penelitian ini secara matematis, maka alat analisis yang digunakan yaitu
analisis jalur (path analysis).
Gambar
2.2.11 Kerangka Konseptual
Sumber
Data : Data diolah (2017).
Dari gambar 2.2.11 diketahui bahwa anak panah tersebut menggambarkan pengaruh secara langsung variabel independen (X1,X2,) terhadap variabel dependen (Y2), menggambarkan pengaruh secara tidak langsung antara variabel independen (X1,X2,) terhadap variabel dependen (Y2) melalui (Y1) dan menggambarkan pengaruh antara variabel (Y1) terhadap variabel dependen (Y2).
2.2.12
Hipotesis
Berdasarkan landasan teori, hasil penelitian
terdahulu dan pokok permasalahan, maka dalam penelitian ini diajukan hipotesis:
a.
H¹ : Diduga kompensasi berpengaruh
langsung terhadap motivasi karyawan pada PT. Doha Propertindo Banyuwangi.
b.
H² : Diduga lingkungan kerja berpengaruh
langsung terhadap motivasi karyawan pada PT. Doha Propertindo Banyuwangi.
c.
H³ : Diduga kompensasi berpengaruh
langsung terhadap kinerja karyawan pada PT. Doha Propertindo Banyuwangi.
d.
H4 : Diduga Lingkungan kerja berpengaruh
langsung terhadap kinerja karyawan pada PT. Doha Propertindo Banyuwangi.
e.
H5 : Diduga kompenasasi dan lingkungan
kerja berpengaruh tidak langsung terhadap kinerja karyawan pada PT. Doha
Propertindo Banyuwangi, dengan variabel intervening motivasi kerja.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode yang dilakukan dalam penelitian yang populasi
dan sampel, variabel penelitian dan sumber data. Menurut Sugiono (2013 :2)
metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian ini
didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis.
Tujuan umum dari penelitian adalah untuk memecahkan masalah yang telah
ditetapkan sebelumnya, dalam setip melaksanakan langkah-langkah tersebut harus
dilakukan secara objektif, rasional dan menghindarikan cara berfikir yang
mengarah coba-coba.
3.2 Lokasi Penelitian
Objek penelitian merupakan sasaran untuk mendapatkan
suatu data. Menurut Sugiono (2012 :2)
objek penelitian adalah sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan
kegunaan tertentu tentang suatu hal objektif, valid, dan reliable tentang suatu
hal (variabel tertentu).
Berdasarkan judul yang telah diambil : “Pengaruh
Kompensasi dan Lingkungan Kerja terhadap Motivasi dan Kinerja Karyawan pada PT.
Doha Propertindo Banyuwangi”. Maka penelitian ini dilakukan pada PT. Doha
Propertindo Banyuwangi yang berlokasi di Perum Griya Pesona Karangrejo Blok
J-02 Banyuwangi.
3.3
Jenis Penelitian
“Penelitian adalah suatu usulan untuk memecahkan
masalah, sehingga akan diperoleh data yang valid sesuai tujuan penelitian”.
(Arikunto, 2011:12 ). Rancangan penelitian merupakan suatu rencana kegiatan
yang dibuat oleh peneliti untuk memecahkan masalah, sehingga akan diperoleh
data sesuai dengan tujuan penelitian. Rancangan penelitian ini termasuk dalam
confirmatory research dan sekaligus explanatory research. “Confirmatory
research adalah penelitian yang menguji hipotesis berdasarkan data empiris,
sedangkan explanatory research adalah jenis penelitian yang bertujuan
menganalisis hubungan-hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya
atau sebagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya”, (Umar 2012:
75).
Penelitian ini akan dilakukan pada karyawan PT. Doha
Propertindo Banyuwangi yang berjumlah 57 orang. Penelitian ini mengkaji tentang
pengaruh kompensasi (X1) dan lingkungan kerja (X2) terhadap motivasi karyawan
(Y1) dan kinerja karyawan (Y2).
3.4
Populasi Dan Sampel Penelitian
3.4.1 Populasi
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit
analisis yang ciri-cirinya akan diduga (Husein,2011: 152). Penelitian dengan
menggunakan metode survei tidak selalu perlu untuk meneliti semua individu
dalam suatu populasi karena akan memakan biaya yang sangat besar dan waktu yang
lama. Dengan meneliti sebagian dari populasi, kita mengharapkan bahwa hasil
yang diperoleh akan menggambarkan sifat populasi yang bersangkutan. Populasi
dalam penelitian ini adalah karyawan tetap PT. Doha Propertindo Banyuwangi,
baik yang bertempat dikantor pusat maupun lokasi proyek yang berjumlah 57
orang. Jumlah tersebut tidak termasuk Direktur, yang merupakan pemilik
perusahaan. Penelitian ini mengobservasi kinerja karyawan sehingga unit
analisisnya adalah karyawan., tidak termasuk pemilik perusahaan.
Teori Arikunto : Apabila jumlah populasi dibawah
100, maka semua diambil sebagai sampel penelitian, bila populasi diatas 100,
maka dapat diambil 10-15% atau 20-25% dari jumlah populasi. Dalam penelitian
ini jumlah populasi sebanyak 57 orang, sehingga populasi penelitian ini
bertindak juga sebagai sampel penelitian. Penelitin ini disebut penelitian
populasi atau sensus.
Tabel
3.4.1
Populasi
Penelitian
|
Bagian
|
Jumlah
|
|
Supervisior
|
5
|
|
Administrasi
Umum
|
7
|
|
Pemasaran
|
6
|
|
Keuangan
|
4
|
|
Keamanan
|
6
|
|
Logistik
|
15
|
|
Drafter
|
14
|
|
Jumlah
|
57
|
Sumber : PT. Doha Propertindo
Banyuwangi.
3.4.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari karakteristik
yang diambil oleh populasi yang hendak diselidiki dan dianggap dapat mewakili
keseluruhan populasi. Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang
diwakili oleh oleh populasi tersebut Sugiyono, (2003:73).
Dalam hal ini sampel yang digunakan penulis adalah
seluruh karyawan PT. Doha Propertindo Banyuwangi. Mengingat populasi tidak
dapat ditentukan secara tepat maka dalam penelitian ini jumlah sampel dan
populasi mengikuti pendapat Cooper dan Emory (1996:221), yang menyatakan bahwa
“Sebuah sampel sebanyak 100 yang diambil dari populasi berjumlah 5000 secara
kasar mempunyai ketepatan estimasi yang sama dengan 100 sampel yang diambil
dari 200.000.000 populasi”. Oleh karena itu jumlah sampel yang akan diambil
dalam penelitian ini sebesar 57 responden.
3.5
Identifikasi Variabel Dan Definisi Operasional Variabel
3.5.1
Identifikasi Variabel
Variabel penelitian adalah atribut atau sifat atau
nilai dari orang atau objek yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudan ditarik kesimpulannya (Sugiono,
2012: 61). Berdasarkan telaah pustaka dan perumusan hipotesis, maka
variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:
a. Variabel
bebas (Independen)
Variabel bebas atau independen merupakan variabel yang
mempengaruhi atau menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen
(variabel terikat). Dalam penelitian ini yang merupakan variabel bebas terdiri
atas dua variabel.
1)
Kompensi (X¹)
2)
Lingkungan Kerja (X²)
b. Variabel
Terikat (Dependen)
Variabel terikat atau dependen
merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya
variabel bebas (independen). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
kinerja karyawan.
c. Variabel
Antara (Intervening Variabel)
Variabel intervening yaitu variabel
yang menghubungkan antara variabel bebas dan terikat yang dapat memperkuat atau
memperlemah hubungan namun tidak dapat diamati atau diukur. Sehingga
menyembabkan hubungan anatara X dan Y menjadi hubungan yang tidak langsung,
biasa dinotasikan dengan X dan Z. Variabel intervening dalam penelitian ini
adalah motivasi.
3.5.2
Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel adalah faktor- faktor
atau variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini
definisi operasional variabel yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Kompensasi
(X¹) yaitu suatu balas jasa yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawannya
atas kinerja yang dilakukan karyawannya. Karyawan akan menerima kompensasi
sesuai kinerjanya. Kompensasi dalam penelitian ini adalah gaji, tunjangan dan
bonus.
b. Lingkungan
kerja (X² ) yaitu faktor-faktor diluar manusia baik fisik maupun non-fisik
dalam suatu organisasi. Indikator lingkungan kerja fisik adalah fasilitas
kerja, seperti keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi, disekitar
pegawai bekerja. Indikator lingkungna kerja non-fisik adalah hubungan kerja,
misalnya suasana kekeluargaan antar karyawan, komunikai antar karyawan sejajar,
maupun dengan atasan, dan pengaturan jam kerja masing-masing bagian.
c. Motivasi (Y) yaitu merupakan sebuah
proses yang menjelaskan intensitas, arah dan ketekunan usaha untuk mencapai
suatu tujuan. Bila seseorang termotifasi, maka akan berupaya sekuat tenaga
untuk mencapai tujuan, namun belum tentu upaya yang tinggi akan menghasilkan
kinerja yang tinggi.
d. Kinerja
karyawan (Z) yaitu hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh
seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya. Output baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai sumber
daya manusia persatuan periode waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai
dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Indikator kinerja karyawan
meliputi kualitas kerja, efektivitas kerja, kemampuan dan inisiatif pegawai.
1) Kualitas
kerja merupakan standar yang harus dicapai oleh seseorang atau kelompok atau
lembaga organisasi mengenai kualitas sumber daya manusia, kualitas cara kerja,
proses dan hasil kerja. Menurut Rivai (2013), kualitas kerja dapat diukur
dengan penilaian tentang manfaat hasil kerja, hasil kerja yang baik dapat
dimanfaatkan atau digunakan oleh pihak yang terkait dengan pekerjaan tersebut.
Hasil kerja yang baik dapat diterima tanpa protes atau keluhan dari yang
menerimanya.
2) Efektivitas
kerja, untuk menaksir efektivitas kerja dari suatu fungsi, dibutuhkan
pengukurang yang berkaitan dengan waktu, kualitas dan kuantitas. Kinerja
pegawai yang baik tidak cukup hanya sekedar menghasilkan lebih banyak dari
sejumlah sumber daya yang diberikan. Kualitas dari apapun yang dihasilkan harus
memenuhi baku yang telah ditetapkan yang diharapkan oleh konsumen atau klien
serta sesuai waktu yang direncanakan. Efektivitas dapat diukur dengan penilaian
tentang ketetapan rencana kerja dengan hasil kerja dan ketetapan waktu dalam
menyelesaikan tugas.
3) Kemampuan pegawai adalah upaya dalam
menyatukan dan menyelaraskan bermacam-macam elemen yang semuanya terlibat dalam
penyusunan kebijaksanaan dan didalam situasi manajemen. Kemampuan pegawai dapat
diukur dengan penilaian tentang pengetahuan pegawai akan pelaksanaan tugas
maupun pengetahuan umum yang mempengaruhi pelaksanaan tugas sangat menentukan
berhasil tidaknya pelaksanaan tugas dengan baik, serta keterampilan yang
dimiliki tentang berbagai teknik, prosedur serta peraturan yang berhubungan
dengan penguasaan pegawai atas teknis. Pelaksanaan tugasnya (seluk-beluk
bidangnya).
4) Inisiatif adalah kemampuan seorang
pegawai untuk mengambil keputusan, langkah-langkah atau melaksanakan sesuatu
tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas pokok tanpa menunggu perintah
dan bimbingan dari manajemen lainnya. Inisiatif dapat diukur dengan keinginan
berprestasi, misalnya dengan berusaha menetapka standar prestasi yang harus
dicapai sejak awal bekerja, dan tindakan yang dilakukan untuk menyelesaikan
pekerjaan.
Tabel
3.5.2.1
Definisi
Operasional Variabel
|
No
|
Variabel
|
Indikator
|
Item
|
|
1
|
Kompensasi(X1)
Kompensasi adalah setiap bentuk
pembayaran atau imbalan yang diberikan kepada karyawan dan timbul dari dipekerjakannya
karyawan itu.
|
1. Gaji
|
|
|
Sistem gaji pokok secara tunai, dan
tambahan uang makan sehari 15.000.
|
|||
|
2. Insentif
|
Insentif akan di dapat jika melakukan
transaksi secara rutin. Dan jumlah insentif tergantung pada harga perum yang
terjual.
|
||
|
3. Tunjangan transportasi
|
Kendaraan disediakan kantor pada saat
kerja saja.
|
||
|
4. Tunjangan kesehatan
|
Tunjangan kesehatan didapat bila
pegawai terdapat musibah di tempat kerja saja.
|
||
|
2.
|
Lingkungan
Kera (X2)
Lingkungan kerja
adalah tempat dimana pegawai melakukan aktivitas setiap harinya.
|
1. Ruang kerja
|
Ruangan yang nyaman, dan disetiap
departemen mempunyai ruangan tersendiri.
|
|
|
|||
|
2. Suhu udara
|
Setiap
ruangan di beri AC atau ventilasi
|
||
|
3. Pencahayaan
|
Setiap ruangan terang, dan terdapat
lampu disetiap ruangan.
|
||
|
4. Fasilitas perlengkapan kerja
|
Tempat kerja sudah mempunyai fasilitas
yang mendukung para pegawai.
|
||
|
5. Kebisingan
|
Dibagian proyek selalu bising
dikarenakan banyak kendaraan yang mengantar barang material ke lokasi proyek.
|
||
|
3.
|
Motivasi (Y1)
Motivasi adalah usaha atau tingkat
bagi seseorang yang bekerja keras untuk melakukan pekerjaan dengan baik.
Semakin jelas, dan semakin spesifik tujuan yang ditargetkan, maka semakin
tinggi kinerja yang akan dicapai.
|
1.
Motivasi Internal
|
Tanggung jawab dalam
melaksanakan tugas, Melaksanakan tugas dengan target yang jelas, Memiliki tujuan
yang jelas. Ada umpan balik atas hasil pekerjaannya, Memiliki rasa senang
dalam bekerja, Diutamakan prestasi dari apa yang dikerjakannya.
|
|
2.
Motivasi Eksternal
|
Selalu berusaha memenuhi kebutuhan hidup dan
kebutuhan kerjanya, Senang memperoleh pujian dari apa yang dikerjakannya,
Bekerja dengan ingin memperoleh insentif, Bekerja dengan harapan ingin
memperoleh perhatian dari teman dan atasan.
|
||
|
4.
|
Kinerja Karyawan (Y2)
|
1.
Kualitas
|
Kualitas
karyawan di lihat dari tugas, inovasi, dan pengetahuan dari setiap karyawan
|
|
2.
Kuantitas
|
Mengerjakan
pekerjaan hasil yang lebih bagus dan terbaik
|
||
|
3.
Pelaksanaan Tugas
|
Pelaksanaan tugas selalu harus tepat
waktu, dan paling lambat pengerjaan ± 3 bulan.
|
||
|
|
|||
|
4.
Tanggung Jawab
|
Tanggung jawab perusahaan dibebankan
pada semua karyawan tanpa membedakan departemen. Dan karyawan juga harus
menyadari akan tanggung jawabnya.
|
Sumber
Data : Data Diolah, 2017
Langkah
selanjutnya adalah mengadakan pengukuran atas variabel-variabel tersebut,
adapun pengukuran yang digunakan untuk mengukur tanggapan responden adaah skala
likert. Pengunaan metode ini adalah
salah satu cara yang paling sering digunakan dalam menentukan skor adalah
dengan menggunakan skala likert.
Caranya adalah dengan menghadapakan responden dengan daftar pertanyaan sebagai
alat untuk pengumpulan data atau informasi dari responden. Skala pengukuran
atas jawaban pertanyaan dengan menggunakan skala likert yang dilambangkan dari skala 1 sampai dengan 5.
Pemeringkatan skala likert nampak
pada tabel dibawah ini:
Pemeringkatan
Skala Likert
|
No
|
Jawaban
|
Notasi
|
Nilai Skor
|
|
1
|
Sangat
Setuju
|
SS
|
5
|
|
2
|
Setuju
|
S
|
4
|
|
3
|
Netral
|
N
|
3
|
|
4
|
Tidak
Setuju
|
TS
|
2
|
|
5
|
Sangat
Tidak Setuju
|
STS
|
1
|
Sumber Data : Sugiyono,
2011
3.6 Teknik
Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, penulisan
menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:
a) Interview
Interview adalah cara
pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara
sistematik dan berlandaskan kepada tujuan penelitian untuk memperoleh informasi
langsung dari sumbernya (Arikunto, 2006). Wawancara ini dilakukan kepada konsumen resto sambal
Mak Tin untuk memperoleh informasi yang berhubungan dengan penelitian ini.
b) Dokumentasi
Dokumentasi adalah
Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis dengan cara melihat, membaca dan
menyalin dokumen–dokumen atau catatan yang ada di PT.PLN (Persero)APJ Malang
yang berkaitan dengan judul dan pembahasan laporan. Dalam hal ini penulis
mengumpulkan beberapa data seperti struktur organisasi, job description, dll.
c) Observasi
Observasi sebagai
teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan
tehnik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Menurut Sutrisno (dalam
Sugiyono, 2009:203) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang
kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan
psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan
ingatan.
d) Kuesioner
Tehnik
pengumpulan data dengan cara melakukan penyebaran kuesioner yang berisi daftar
pertanyaan yang telah dipersilahkan sebelumnya kepada responden acak. Tujuannya
adalah untuk memperoleh informasi validitas dan realibilitas serta relevan
tentang survey.
3.7 Uji Asumsi Klasik
3.7.1 Uji
Validitas
Uji validitas sebuah data yang bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana validitas data yang diperoleh dari penyebaran kuesioner.
Uji validitas data dapat dilakukan dengan menghitung korelasi antar masing-masing
pertanyaan dengan skor total pengamatan dengan menggunakan rumus (Husein Umar,
2013: 154).
3.7.2 Uji
Reabilitas
Uji reabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh
mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Suatu instrumen dikatakan
reliabel apabila instrumen tersebut cukup baik sehingga mampu mengungkapkan
data yang bisa dipercaya. Pengujian keandalan alat ukur dalam penelitian ini
menggunakan reabilitas metode aplha.
3.7.3
Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas merupakan salah satu uji dari uji
asumsi klasik yang merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengidentifikasi
suatu model regresi dapat dikatakan baik atau tidak. Secara konsep,
Multikolinieritas adalah situasi dimana terdapat dua variabel yang saling
berkorelasi. Adanya hubungan diantara variabel bebas adalah hal yang tidak bisa
dihindari dan memang diperlukan agar regresi yang diperoleh bersifat valid.
Namun, hubungan yang bersifat linier harus dihindari karena akan menimbulkan
gagal estimasi (Multikolinieritas sempurna) atau sulit dalam inferensi
(Multikolinieritas tidak sempurna).
Uji Multikolinieritas dilakukan untuk melihat apakah
ada keterkaitan antara hubungan yang sempurna antara variabel-variabel
independen.
3.7.4 Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik. Heteroskedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan
varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi.
DAFTAR
PUSTAKA
Rachmawati, Ike
Kusdyah,2008 “Manajemen Sumber Daya Manusia” , Yogyakarta ANDI Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan,
2008.
Dito, Anoki Herdian,
2010, Pengaruh Kompensasi Terhadap
Kinerja Karyawan Melalui Motivasi Sebagai Variabel Intervening Pada PT. Slamet
Langgeng, Purbalingga, Skripsi Universitas Diponegoro, Semarang.
Ebel, Robert L. Dan
Frisbie, David A., 2010, Essentials Of
Educational Measurement, 3ʳᵈ Editional, Prentice Hall, New Jersey, USA.
Riana Wahyu Ningsih (2016), Pengaruh
gaya kepemimpinan dan lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan melalui
motivasi kerja pada PT. Sari Bumi Sidayu Kabupaten Gresik. Program Studi
Manajemen Universitas Jember.
Handoko, Hani, 2013, Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia,
BPFE UGM, Yogyakarta.
Nurul Ikhsan Sahlan, Peggy A. Mekel, Irvan Trang
(2015), Program Studi Manajemen
Universitas Sam Ratulangi Manado.
Pengaruh lingkungan kerja, kepuasan kerja dan kompensasi terhadap kinerja
karyawan pada PT. Bank Sulut Cabang Airmadidi
Hasibuan Malayu S.P., 2012, Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Revisi,
Bumi Aksara, Jakarta.
Astrid Ardiani (2015). Program Studi Manajemen
Universitas diponegoro semarang, Analisis Pengaruh pemberian insentif dan lingkungan kerja non fisik
terhadap motivasi kerja dan dampaknya pada kinerja karyawan (Studi pada BRI Kantor Cabang Pattimura).
Sakra Brahma Putra (2014), Pengaruh gaya kepemimpinan situasional dan lingkungan kerja terhadap
kinerja karyawan dengan motivasi kerja karyawan sebagai variabel intervening.
(Studi pada PT. Bank OCBC NISP Tbk. KCP Bekasi) Program
Sarjana manajemen Universitas Diponegoro Semarang.
Januar, S.pd, Mohammad dan Subekhi, M.M,
Akhmad, Pengantar Manajemen Sumber Daya
Manusia (MSDM), Prestasi Pustaka Raya.
Mangkunegara, 2013, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung.
Robbins, Stephen p., 2013, Perilaku Organisasi, PT. Indeks,
Jakarta.
Sedamaryanti, 2012, Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja, PT. Refika Aditama,
Bandung.
Rivai,. 2013, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara, Jakarta.
Simanora, Herry, 2012, Manajemen Sumber Daya Manusia, SIE YKPN,
Yogyakarta.